
Perempuan Papua: Penjaga Hutan dan Kearifan Lokal
Perempuan Papua: Penjaga Hutan dan Kearifan Lokal
Tentang Video
Dokumenter ini mengangkat peran vital perempuan Papua dalam konservasi hutan dan pelestarian kearifan lokal. Melalui kisah tiga perempuan dari generasi berbeda, film ini menunjukkan bagaimana perempuan mewariskan pengetahuan ekologi tradisional dan memimpin gerakan konservasi di komunitas mereka.
Profil Perempuan yang Ditampilkan:
- Mama Yosepha Alomang (68 tahun): Aktivis lingkungan senior, penerima penghargaan Goldman Environmental Prize, pemimpin gerakan menolak tambang di Timika
- Mama Elisabeth Wenda (45 tahun): Ketua kelompok perempuan pengolah sagu, penjaga hutan sagu di Asmat
- Yuliana Kogoya (28 tahun): Mapper komunitas muda, menggunakan teknologi untuk mendokumentasikan pengetahuan perempuan tentang tumbuhan obat
Tema Utama:
- Pengetahuan Etnobotani: Perempuan Papua menyimpan pengetahuan mendalam tentang ratusan jenis tumbuhan obat, bahan pangan liar, dan bahan kerajinan dari hutan
- Ekonomi Berkelanjutan: Perempuan mengembangkan usaha ekonomi berbasis hasil hutan non-kayu yang tidak merusak
- Pendidikan Generasi Muda: Ibu dan nenek mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga hutan sejak dini
- Kepemimpinan Komunitas: Perempuan memimpin gerakan menolak proyek ekstraktif dan mengadvokasi hak masyarakat adat
Kisah Mama Yosepha:
Sejak tahun 1990-an, Mama Yosepha aktif menentang operasi tambang yang merusak sungai dan hutan di wilayah Mimika. Beliau memimpin aksi-aksi damai, mendampingi korban pencemaran, dan menjadi suara masyarakat adat di forum internasional. Perjuangannya menginspirasi ribuan perempuan Papua untuk berani membela tanah mereka.
Kisah Mama Elisabeth:
Di tengah tekanan konversi hutan sagu menjadi perkebunan sawit, Mama Elisabeth memimpin 45 perempuan untuk mengelola hutan sagu secara berkelanjutan. Mereka mengolah sagu menjadi berbagai produk bernilai tinggi, membuktikan bahwa hutan sagu jauh lebih berharga dibiarkan lestari daripada dikonversi.
Kisah Yuliana:
Sebagai generasi muda yang melek teknologi, Yuliana menggunakan smartphone dan aplikasi pemetaan untuk mendokumentasikan pengetahuan para Mama tentang tumbuhan obat. Dia membuat database digital yang bisa diakses pemuda Papua, menjembatani pengetahuan tradisional dengan teknologi modern.
Statistik Penting:
- Perempuan Papua mengenal rata-rata 150-200 spesies tumbuhan berguna
- 65% kegiatan pengumpulan hasil hutan non-kayu dilakukan perempuan
- Kelompok perempuan mengelola 30% program konservasi berbasis komunitas di Papua
Tantangan yang Dihadapi:
- Marginalisasi dalam pengambilan keputusan formal
- Ancaman terhadap aktivis perempuan
- Hilangnya pengetahuan tradisional karena tidak terdokumentasi
- Tekanan ekonomi mendorong generasi muda meninggalkan kampung
Harapan untuk Masa Depan:
Film ditutup dengan pesan kuat dari tiga generasi perempuan ini tentang pentingnya melanjutkan perjuangan menjaga hutan Papua, menghormati pengetahuan perempuan, dan memastikan generasi mendatang masih bisa hidup dari hutan yang lestari.
Kredit:
- Director: Regina Pakoa (Sutradara Perempuan Papua)
- Producer: JERAT Papua Women's Program
- Supported by: UN Women Indonesia, Asia Pacific Forum on Women
